MENJADI WARGA DUNIA: KENALI DULU INDONESIAMU

Sabtu, 15 Maret 20140 komentar

Indonesia bukan cuma jembatan panjang Suramadu. Indonesia juga bukan cuma kericuhan seperti PSSI yang mempertontonkan ketidak-beresan. Indonesia bisa tercermin dari Presidennya yang memperoleh gaji terbesar ketiga di antara Presiden di dunia. Indonesia juga dapat dicerminkan dengan baik oleh Ponari, bocah yang pandai mengobati itu. Indonesia juga bisa dengan lugas dideskripsikan melalui “pelarian” Nazaruddin ke sebuah negeri yang banyak menyimpan stollen asset from Indonesia. Indonesia bisa tercermin dengan baik oleh kiprah Densus 88.

KITA tidak cuma amat perlu mengetahui kawasan-kawasan Indonesia dengan jumlah penduduk yang signifikan  seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah yang masing-masing didiami sekitar 30 jutaan itu.  Bagaimana mungkin melupakan Yogyakarta yang oleh SBY dituduh monarki dalam demokrasi? Bagaimana melupakan daerah-daerah miskin dengan infrastruktur yang amat minim karena ia juga bagian intergral Indonesia meski tak dapat keadilan? Ia tak mungkin dihapus dari peta karena, misalnya, pejabatnya malu di daerah kekuasaannya ada ketertinggalan (cultural lag).

Indonesia tidak cuma punya Jakarta dengan gonjang-ganjing untuk sebuah gagasan seat akan pindah kemana dan dengan pusat pemerintahan paling sibuk dan dengan perbauran aktivitas bisnis yang menguasai mayoritas energi dan permodalan nasional. Pusat pemerintahan yang mengeluh dan karena itu ingin pindah tetapi pada saat bersamaan memaksakan diri membangun gedung megah untuk DPR. Menjadi Indonesia yang berbhinneka tunggal ika tentu saja tak cukup hanya menghafal Pancasila di luar kepala pada setiap seremoni yang dirancang prestisius untuk itu. Juga tak cuma hanya menjadi elit politik dan menjelma menjadi penentu keputusan arah kebijakan negeri.



Sangat paradoks memang jika dikonfrontir dengan data empiris taraf kesejahteraan rakyat yang juga tidak kunjung berubah meski pemekaran dalam tema otonomi sudah begitu besar merubah wajah Indonesia. Tetapi itu sebuah proses saja yang mesti tak membuat jera untuk melakukan perbaikan Indonesia. Gagasan sudah tepat, hanya implementasi masih belum menggembirakan. Mengapa? Maklum, negara muda yang baru lepas dari perlakuan buruk anti demokrasi dan dengan tingkat penyepeleaan terhadap rakyat dan bahkan dengan tingkat pelanggaran HAM berat. Secara psikologis pemerintahan memang bisa merasa tampil seperti penguasa sebagaimana orang Belanda dulu menjajah. Rakyat juga bisa merasa sedang dijajah oleh rezim yang ia tak suka. Jika para elit itu merasa Indonesia adalah negerinya sendiri dan menjadi tanggungjawabnya, maka sudah pasti ia takkan mau mencuri dari Indonesia untuk kepentingan dirinya sendiri karena dirinya sendiri itu bermakna Indonesia yang jujur dan adil.

Otonomi memang perlu pembelajaran lebih baik, dan itu tidak mesti dikonfrontir dengan cara-cara tidak adil misalnya dengan mengatakan korupsi di daerah semakin menjadi padahal tak satu pun lembaga terpercaya di dunia ini yang bisa mengukur korupsi dengan jujur sejujur-jujurnya dan adil seadil-adilnya. Juga amat tak sedap jika dengan alasan dan tuduhan minimnya daerah yang mempunya kemandirian, padahal di tengah percaturan dunia global semua tahu Indonesia yang dikendalikan oleh para petinggi itu amat tak mandiri karena inefisiensi yang antara lain berakar pada kegandrungan korupsi.
Menjadi orang Indonesia yang bertanggungjawab bisa bermakna pergi ke semua wilayah dan daerah di Indonesia. Kenali suku-bangsanya, adat istiadatnya, keunggulan dan kelemahannya. Pergilah ke semua tempat di nusantara. Tidak punya uang dan tidak punya waktu?
Negara telah alpa sama sekali dengan hanya diam menyaksikan seperti dalam kasus diruntuhkannya sejumlah meskid di Medan untuk kepentingan bisnis dan dengan proses yang amat tidak mengindahkan perasaan umat dan prosedur yang sejuk berdasarkan nilai-nilai keagamaan.
Indonesia adalah negara buruk yang tercatat doyan korupsi dan pada saat bersamaan seretak berteriak ganyang korupsi. Miskinnya negeri ini telah menjadi tanggungjawab para pemimpin. Khalifah Umar, Ahmadinejad maupun Zhu Rongji akan geleng kepala. Presiden SBY adalah Presiden dengan gaji terbesar ketiga di dunia.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014. Blog Emhond (Sarman Moti) - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Kho Khocez
Proudly powered by Blogger